Rekam Jejak Kesenian Tradisional Daerah Tebo - Widjaja-Library

"Make a Difference with education and be the best" -Antoni Widjaja

Breaking

Monday, 31 October 2016

Rekam Jejak Kesenian Tradisional Daerah Tebo




Kabupaten Tebo adalah sebuah daerah yang memiliki beberapa sungai yaitu: Sungai Ketalo, Sungai Sumay, Sungai Pengabuan, Sungai Melani, dan Sungai Batanghari sebagai sungai utama nya. Tentu hal ini berhubungan erat dengan perjalanan sejarah dari kesenian tradisional yang ada di daerah Tebo. Pastinya kesenian tradisi itu tidak hadir begitu saja, dan sudah tentu turut serta di bawa oleh masyarakat Tebo awal. Karna sangat mustahil kesenian tradisi yang ada di daerah Tebo tiba-tiba saja muncul tanpa ada yang membawa dan memperkenalkan nya. Menelusuri jejak sejarah kesenian tradisi masyarakat Tebo, barangkali tidak ada salah nya memulai dari sungai. Menurut Peter BoomGaard (2007: 28);
“Over thousands of years, Asian waters have been much traveled, and it has often been suggested that the central dynamic of Southeast Asian history is to be found in the interaction between peoples, primarily through trade: down the rivers, along the coasts, across the seas and oceans.”[1]
Dari apa yang disampaikan BoomGaard, dapat ditafsirkan, selama ribuan tahun perairan “termasuk sungai” merupakan jalur transportasi penting sebagai media penghubung. Tidak jarang para sejarahwan menggali sejarah dari suatu kebudayaan dengan menyusuri jejak-jejak nya melalui aliran sungai, artinya dapat ditarik hipotesa sementara bahwa kesenian tradisional Doak ini bisa jadi di bawa oleh para perantau[1], yang datang melalui jalur perairan “sungai-sungai” yang terdapat di Kabupaten Tebo ratusan bahkan ribuan tahun silam[2]

Sejarah kesenian yang ada di Tebo Ulu khusus, tidak akan pernah terlepas dari sejarah Propinsi Jambi, karena Tebo itu sendiri termasuk dalam wilayah administratif Provinsi Jambi. Tidak banyak yang dapat diketahui tentang sejarah Masyarakat Tebo, baik dari zaman pra-sejarah hingga Hindu Budha. Namun setidaknya, ada beberpa pendapat sejarahwan yang menyatakan bahwa masyarakat Tebo berasal dari suku-suku Annam (Cina Selatan).[1] Sartono (1978) menyatakan di Teluk Tebo bermuara Sungai Batanghari dan Batang Tabir beserta anak-anak sungainya, bermukim masyarakat dari Ras Deutro Maleires (Melayu Muda) yang berasal dari pedalaman daerah Cina Selatan. Tentu dapat dipahami, bahwa Kabupaten Tebo saat ini, yang menjorok ke arah pedalaman mengapit Bukit Dua Belas, dahulu jauh sebelum nya telah bermukim Ras Deutro Maleires (Melayu Muda) sebagai masyarakat awal di kawasan ini. Dalam sejarah Dinasti Sung (960-1280) dinyatakan bahwa terdapat kerajaan bernama Ho-lo-tan yang mengadakan hubungan diplomatik dengan Cina yang telah beberapa kali mengirim utusan nya ke Cina pada tahun 420, 433, 434, 436, 437, dan 452 M[2]. Kerajaan Ho-lo-tan tersebut terletak di She-po atau Te - hu - po yang menurut Sartono (1978) dan juga diyakini oleh sejarahwan Fachruddin Saudagar adalah Muara Tebo[1]: Menyangkut persoalan identifikasi tahun ini, masih menjadi tanya besar, karna terdapat konklusi lain dari sejarahwan Jambi Djunaidi T Noor, menurut Djunaidi T Noor adalah sekitar abad 3-4 M.

Dalam pengertian lain, kesenian tradisional yang terdapat di Kabupaten Tebo pada umum nya, adalah sisa dari puing-puing peninggalan sejarah kebudayaan kerajaan Ho-lo-tan yang beribu kota di Dharmasraya[2], yang di bawa oleh Ras Duetro Maleires (Melayu Muda). Kecamatan Tebo Ulu, Desa Pulau Temiang khusus nya adalah sebagai saksi peninggalan kebudayaan dari kerajaan yang diwariskan kepada masyarakat pewaris kesenian yang pernah eksis di kerajaan Ho-lo-tan di daerah yang bernama She-po atau Te - hu - po (Tebo saat ini). Hal ini diperkuat dengan adanya bukti-bukti peninggalan berupa artefak, candi maupun bukti-bukti seperti ditemukan nya barang-barang yang terbuat dari emas[3], dan penemuan benda-benda purbakala lain nya: Mengenai penemuan emas yang di temukan di Kecamatan Tebo Ulu, masih memunculkan spekulasi lain, seperti laporan Tribun Jambi 1 Agustus 2016: Dahulunya di lokasi penemuan harta karun itu adalah pemukiman warga keturunan Tiong Hoa. Pada agresi kedua, Belanda masuk ke Desa, lalu emas tersebut oleh para pemilik nya disembunyikan dalam tanah agar tak dirampas oleh penjajah.

Keterangan:
Pengamatan / Judul: SEJARAH KABUPATEN TEBO 28 / Oktober / 2016 / 4:28 am
Disusun: 29 oktober 2016
Jam 10: 58 pm


Sumber Bacaan:
  • BoomGaard, Peter - A WORL OF WATER: Rain, Rivers And Seas In Southeast Asian Histories. KITLV Press Koninklijk Instituut voor Taal-, Land - en Volkenkunde (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) 2007, Leiden.
  • Halimi, Ahmad Jelani - SEJARAH & TAMADUN BANGSA MALAYU. Unipress.  Selangor, Malaysia, 2008
  • Victor T. King and William D Wilder: THE MODERN ANTHROPOLOGY OF SOUTH-EAST ASIA. RoutledgeCurzon. New York, 2003, 
Artikel:
  • TEMPO Interaktif, Jakarta: Menyusuri Jejak Peradaban di Batanghari SENIN, 02 FEBRUARI 2009.
  • TRIBUNJAMBI.COM, MUARA TEBO: Lokasi Temuan Harta Karun Tebo Dulunya Pasar yang Diterjang Banjir. Senin, 1 Agustus 2016.

No comments:

Post a Comment