Tidak banyak diketahui bahwa salah satu tak-tik perang "strategi militer" dalam literatur sejarah negeri Tiongkok Kuno adalah kekuatan Seni Musik. Sedikit sekali catatan yang mengambarkan "mendeskripsikan" persoalan ini. Para ahli sejarah Tiongkok jaman Kuno lebih berfokus pada sistem tala "titian-nada" musik China yang secara umum dideskripsikan bahwa, tangganada China itu terdiri dari 5 (lima) nada. Benarkah Musik Tiongkok Purba Pentatonik ?;
"Musik Tiongkok Kuno tidak menyebut skala nada dengan istilah "pentatonik" ataupun "heptatonik", mereka lebih menggunakan istilah interval atau frekwensi yang disebut Lü.....Sebagian besar lagu-lagu Tiongkok terdiri dari 5 nada utama yang dianggap pentatonik.....Lima nada tersebut adalah 宫 Gong,商 Shang,角 Jiao,å¾µ Zhi,ç¾½ Yu. atau Do (1), Re (2), Mi (3), Sol (5) , La (6)". Budaya Tionghoa.net 22 july 2013
Namun disisi lain, musik China Kuno juga memiliki kisahnya sendiri & memiliki peran penting dalam sejarah militer "strategi perang" China kuno (Negeri Tiongkok).
Dalam literatur sejarah perang Tiongkok Kuno dikabarkan bahwa, saat Pangeran Mu berkuasa, Sang Pangeran mengirimkan mata-matanya ke daerah bangsa Tartar guna memata-matai pergerakan bangsa Tartar yang hidup diluar tapal batas. Elizabeth Seeger, (1951) dalam bukunya mengatakan bahwa;
"...suku bangsa Tartar yang hidup diluar tapal batas negeri Mu, lambat laun menjadi sedemikian kuatnya, sehingga berbahaya bagi Mu. Maka Mu mengirimkan mata-mata ke daerah bangsa Tartar itu; kemudian ternyata, bahwa diantara bangsa Tartar itu ada seorang bangsa Tionghoa terpelajar yang menjadi penasehat pertama dari Panglima orang-orang Tartar itu—mungkin orang terpelajar ini telah diangsingkan dari Tiongkok atau mengembara diluar daerah perbatasan, karena telah jemu akan cara-cara & adat-istiadat bangsa Tionghoa—karena pengaruh pengajaran-pengajarannya, maka bangsa Tartar itu menjadi kuat & berdisiplin". Seeger, (1951: 91)
Mengetahui hal ini, muncul kecemasan Pangeran Mu. Sang Pangeran akhirnya mengumpulkan para mentrinya membahas persoalan ini. Elizabet Seeger, (1951)menambahkan bahwa;
"Ketika Mu mengetahui tentang hal ini, ia merasa sedih & khawatir: Musuh kita, orang-orang Tartar mempunyai seorang terpelajar yang bijaksana. Hal ini merupakan suatu bahaya bagi kita.....Rakyat yang berpemerintahan baik lebih berbahaya daripada berpemerintahan jelek. Apa yang harus kita perbuat?" Seeger, (1951: 91)
Dengan demikian muncul ide briliant untuk menghadirkan para-para ahli musik agar tinggal di daerah bangsa Tartar. Para ahli musik ini mengemban misi penting yaitu melemahkan semangat juang bangsa Tartar melalui Seni Musik. Elizabeth Seeger, (1951) dalam bukunya mengatakan;
"...seorang menteri berkata: Panglima bangsa Tartar tak pernah mendengar musik dari ‘Kerajaan Tengah’ karena ia tinggalnya terlalu jauh dari sini. Hendaknya kita mengirimkan ahli-ahli musik kita untuk tinggal di daerah bangsa Tartar, supaya mereka ini dengan lagu-lagunya dapat menghilangkan kekuatan yang tersimpan dalam jiwa Panglima Tartar itu, hingga ia lupa akan kewajibannya sebagai seorang Panglima.....jika Panglima Tartar itu telah dipengaruhi oleh musik dari Kerajaan Tengah.....niscaya Panglima ini sudah menjadi lemah & malas, maka penasehatnya tak mau lagi tinggal di daerah itu. Besar kemunginan ia akan datang kemari lagi untuk mengabdi kepada Kerajaan kita". Seeger, (1951: 92)
Dengan demikian sejarah mencatat, bahwa strategi jitu Mu ini berhasil dengan sangat baik. Dengan sangat mudah Mu berhasil mengusai bangsa Tartar yang terkenal barbar, liar & keras itu melalui para ahli-ahli Seni Musik kerajaannya yang ia kirim untuk melemahkan semangat juang bangsa Tartar. Mu ini berhasil dengan mudah mengalahkan bangsa Tartar yang mediami lembah-lembah & terkenal Bar-bar. Sekaligus Mu berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya yang pada masa itu dikenal dengan nama Kerajaan Tengah.
Sumber:- Seeger, Elizabeth—SEDJARAH TIONGKOK SELAJANG PANDANG. J.B Wolters – Groningen. Djakarta, 1951
No comments: