MELAYU DALAM POLA RHYTHM HEMIOLA: Komunikasi Musik,Tari & Syair - Widjaja-Library

"Make a Difference with education and be the best" -Antoni Widjaja

Breaking

Friday 23 November 2018

MELAYU DALAM POLA RHYTHM HEMIOLA: Komunikasi Musik,Tari & Syair

Dalam realitas kebudayaan, kesenian merupakan representasi dari beberapa unsur kebudayaan universal yang disusun oleh dimensi ruang & waktu. Hal itu sampai detik ini masih belum terbantahkan. Contohnya seni musik dalam kebudayaan Melayu yang memadukan lintas budaya & lintas disiplin ilmu "Musik, Tari & Sastra". Pada kenyataannya musik merupakan salah satu media ungkap yang dalam wujud absolutnya sebagai bentuk kesenian dengan media ungkap utamanya adalah yang bersifat audio (bunyi). Dalam arti lebih sempit, kesenian ini "musik" merupakan gabungan dari beberapa unsur yang disusun oleh dimensi ruang & waktu. Seperti informasi berita yang sempat saya tulis dilaman media berita berbasis online UC News 2018-10-06 05:23:41 bertajuk "Hakikat Makna Bunyi & Waktu Dalam Kesadaran";
Kesadaran tentang bunyi & waktu itu adalah semacam bentuk suatu perbandingan-perbandingan, perbedaan, variasi, maupun kontras, yang mendorong manusia untuk mempertaruhkan perhatian rasionalnya sekaligus secara emosional.....Maka dalam hal ini, saat manusia sadar bahwa bunyi itu sendiri berada dalam waktu, maka bunyi kemudian membentuk suatu permainan ritme yang membawa manusia ke dalam suatu kenyataan bahwa musik cuma permainan audio "bunyi". UC News.id 2018-10-06 05:23:41
Dengan demikian, segala kompleksitas itu mewujud ke dalam satu bentuk kesenian, khususnya pada kebudayaan Melayu yang memadukan 3 bentuk "Musik, Tari & Sastra" ke dalam satu bentuk kesenian tradisional di masyarakat Melayu. Dengan kata lain dapat dipahami bahwa, hal model ini dapat dikatakan sebagai suatu cerminan dari kebudayaan masyarakat pendukungnya, yang di dalam nya itu juga terkandung nilai-nilai & norma-norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal.
Dalam perspektif sosiologi, enkulturasi ini dikatakan lebih mengacu pada persoalan pembudayaan, dalam arti kata sebagai warisan sosial yang diturunkan kepada generasi berikut: Sebagaimana  Budaya merupakan warisan kelompok, warisan sosial yang diturunkan kepada generasi berikutnya yang juga secara sosial. Disis lain kata "Enkulturasi" lebih mengacu kepada proses pembudayaan yang dilakukan oleh satu masyarakat tertentu. Dalam kamus sosiologi-Antropologi, disebutkan bahwa “Enkulturasi adalah proses pembudayaan”. Dengan demikian, proses pembudayaan di sini dilakukan penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya. Dengan demikian, kesenian tradisional masyarakat Melayu itu merupakan suatu kebudayaan yang dibudayakan secara kontinu dari generasi ke generasi, & tidak tertutup dalam hal ini juga termasuk pada ranah seni musik tradisional di masyarakat Melayu. Kan begitu!
Kembali pada persolan 'Tafsir Musik', di setiap kelompok masyarakat & dalam kebudayaan apapun memiliki bahkan memilih bentuk khasnya sendiri baik dari struktur maupun gendre pada setiap setiap wujud keseniannya. Sebagai contoh yaitu pada tradisi Musik Melayu. Terjadi komunikasi verbal lazimnya disebut Lirik/Syair Nyanyian & non-verbal yaitu Tari. Sementara dalam konteks musik itu sendiri yaitu berupa, nada, wilayah nada, tangganada yang digunakan, tonika, aksentuasi & berbagai aspek sejenis.
Dalam konteks yang lebih holistik, "Musik & Tari" dalam kebudayaan melayu memiliki susunan ritmik unik yaitu Hemiola. Ritmik Hemiola ini adalah perpaduan dari metrik 6/8 dengan 3/4, atau berdasar beat nya yang merupakan gabungan antara 3 dari 2--dalam perspektif hitungan pada Musik & Tari. Dalam tradisi musik Barat hal model ini lazim dikenal dengan pola ritmik hemiola horizontal maupun vertikal, yang merupakan pola ritmik tunggal, dimana beberapa pola ritmik itu dilakukan secara tutti (bersama).
Pada tradisi musik barat, ritmik hemiola ini bisa ditemukan dalam karya-karya komponis abad ke-15, sementara dalam musik non-Barat, hemiola ini dapat ditemukan pada musik-musik Afrika, Timur-Tengah, & tentu saja pada musik dalam kebudayaan Melayu, khususnya Rentak.
Pada kebudayaan Melayu, jatuhnya pukulan Tetawak (Gong) itu dipandang sebagai ketukan akhir--hal ini malah kebalikan dari Musik & Tari dalam konsep musik Barat--dimana Gong merupakan ketukan awal. Secara umum, tekstur musik dalam kebudayaan Melayu bersifat heterofonis, tekstur ini dibentuk oleh instrumen-instrumen yang bersifat melodis. Hal inilah yang menjadi keunikan tersendiri pada musik melayu "khususnya Rentak dalam kebudayaan Melayu dimanapun" yang juga dipadu-padankan tidak hanya dengan Tari melainkan juga dengan Syairnya yang sarat kandungan nilai moral, agama maupun norma-norma yang berlaku dimasyarakatnya.

No comments:

Post a Comment