Mengenang Tanpa Tanya, Cuma Mendengar Dengan Keyakinan - Widjaja-Library

"Make a Difference with education and be the best" -Antoni Widjaja

Breaking

Wednesday 31 October 2018

Mengenang Tanpa Tanya, Cuma Mendengar Dengan Keyakinan

Pada sebuah perjalanan jelang senja, menatap jauh ke dinding bukit dari jendela, terkenang sesuatu yang telah berkelindan di Taman Bunga Keduduk (Kemunting). Mendengar ajaran ilahi yang sungguh menusuk nurani. Mengafani diri pada sebuah renungan. Perpisahan dari percakapan dengan yang satu. Sekali lagi berusaha mengingat kata-kata sendiri atau telah berbicara dengan Satu yang di-Tinggi-kan. Setiap kata & dengan takjub menjadi sadar akan fakta bahwa hal-hal disana telah mengatakan yang tidak benar-benar diketahui pada saat ini. Apa yang telah dikatakan?
Harta & rahasia yang tidak pernah diajarkan dalam jam pencerahan itu.
Lantas sekarang pengalaman apa & yang seperti apa yang harus dimulai?
Saat ini harus mengalami diri sendiri. Bisa jadi adalah benar ruh sudah berkenalan dengan badan bahkan sejak lama, bahwa diri berada dalam jasad.
Pada intinya bantalan karakteristik itu abadi bersama dengan tubuh, tapi tidak pernah benar-benar menemukan diri, karena keinginan menangkap dalam-dalam sebuah jaring pemikiran. Dengan tubuh tidak pasti yang juga kemudian tidak menjadi diri, & itu bukan juga suatu tontonan indera, tidak juga pikiran. Sama sekali bukan pikiran rasional, bukan kebijaksanaan belajar, bukan kemampuan belajar untuk menarik kesimpulan atau mengembangkan nalar sebelum datang ke yang baru. Disisi ini dunia juga masih berupa pemikiran & tidak ada yang bisa dicapai dengan membunuh diri secara acak melalui bahkan semua indera, jika diri yang acak pikiran & pengetahuan yang dipelajari itu digemukan disisi lain;
Pikiran serta indra & hal-hal yang cukup dari makna tertinggi itu tersembunyi di balik keduanya, maka ia pun harus di dengarkan dengan baik. Keduanya harus bermain bersama, baik-buruknya tidak pernah akan dicemooh atau pun berlebihan.
Suara rahasia dari kebenaran terdalam harus diperhatikan dengan penuh saat merasakannya dari keinginan berjuang untuk apa-apa. Tidak terkecuali untuk suara yang memerintahkan berjuang untuk memikirkan apa-apa. Suara itu akan menyarankan untuk melakukannya. Mengapa harus?
Pada waktu itu, pada jam semua jam, duduk di-hamparan menghijau perbukitan setengah layu dimana pencerahan memukul. Berusaha mendengar suara, mendengarnya dalam hati sendiri yang memerintahkan untuk mencari tempat beristirahat barangkali dibawah pohon, atau tergeletak di dalam tanah, atau menjadi abu.
Tidak ada pilihan lain untuk memiliki diri sendiri. Karna tanya memilih banyak, bahkan banyak sekali tanya. Bisa celaan atau persembahan. Bahkan boleh jadi bisa wudhu atau doa, makanan yang baik maupun minuman yang segar, tidak tidur atau mimpi, atau bahkan memilih taat yang sebenar-benarnya taat. Untuk patuh seperti ini adalah bukan perintah eksternal. Ini murni hanya untuk suara. Untuk siap seperti ini, bisa jadi ini adalah baik barangkali buruk. Ini perlu atau tidak?
Tentunya tidak ada hal lain yang diperlukan maupun dipertanyakan lagi.
Antoni Widjaja - Istana Pagaruyung. Sumatera Barat, 2016 

No comments:

Post a Comment