Mengingat Lupa, Mengenang Desrilland. - Widjaja-Library

"Make a Difference with education and be the best" -Antoni Widjaja

Breaking

Wednesday 14 November 2018

Mengingat Lupa, Mengenang Desrilland.

Diwaktu lain, kadang aku mengenang mu. Aku tertawa geli! Terlalu banyak lelucon, terlalu banyak candaan yang mustahil aku bisa lupa. Disatu sisi kamu Guru ku, seoarang Guru Besar, pakar disiplin ilmu musik khususnya ilmu Kontrapung. Tapi disisi lain dengan segala kekonyolan mu itu, kamu sekaligus menjadi sahabat terbaik. Ya! Cara mu begitu sederhana menyikapi setiap persoalan. Bahkan kesederhanaan itu menjadi cerminan hidup mu. Cerminan hidup DD kecil yang menyukai aroma bunga buah Durian.
Kadang aku tetawa geli saat terkanang: aku ini yang cuma sebagai murid tidak jarang merasa kesal dengan lelucon mu. Tidak peduli bagaimana & dalam kondisi seperti apapun, kamu selalu mengguraui aku. Tapi sekalipun kamu tidak pernah peduli bahwa boleh jadi kamu bisa berbalik untuk marah pada kesal ku. Kenyataannya tidak! Kamu malah tertawa & meneruskan candaan mu. Ya! hidup mu begitu sederhana untuk orang sekelas mu. Kesederhanaan itu tercermain dalam keseharian mu. Begitu luhur, tidak dibuat-buat, tanpa basa-basi yang basi. Kwalitas mu berbanding terbalik dengan kesederhanaan mu. Aku bangga sempat menjadi murid mu. Diluar konsteks akademis, bagi mu tidak ada lagi Guru Besar, tidak ada lagi gelar, yang ada cuma kamu yang kadang sebagai ayah bahkan sahabat penuh dengan beratus lelucon & kekonyolan. Begitulah yang aku ingat dari mu.
Untuk Pak DD - Pomp & Circumstance (Adwar Elgard) rasa Desrilland
Suatu malam selepas makan malam beliau mengajak ku membicarakan sesuatu hal yang tidak seperti gaya nya ia berbicara. Kali ini beliau membicarakan ilmu musik yang tidak seperti biasa.
Biasanya beliau membiacarakan tentang teori-teori musik dengan beragam analoginya yang bikin sakit kepala, panas, serasa mau pecah, atau biasanya beliau membahas sebuah bangunan komposisi musik, baik dalam perspektif musik kuno maupun modern. Malam itu lain dari yang lain, tidak seperti biasa. Sehabis melihat-lihat koleksi-koleksi buku-buku pribadi di rak buku-buku ku "pak DD, begitulah sapaan akrabnya". Beliau menawarkan suatu pertanyaan yang pastinya siapaupun akan mencari dalil & referensi untuk memperkuat posisi jawaban. Tanya beliau;
"Sebanyak ini buku, apa kamu sudah paham soal musik? Apa itu musik?"
Jadwab ku: Musik itu sebuah komposisi bunyi Pak. Yang dengan berbagai teori-teorinya bikin sakit kepala!: Kemudian dengan ketus beliau menajawab, membuat aku begitu kaget;
Salah, musik itu mainan. Sehebat apapun orang menguasai bunyi kalau dia tidak mampu memainkan bunyi-bunyian itu dia pasti gagal. Untuk mampu memainkan bunyi, harus kenal & paham ilmu matematika. Musik itu matematika bunyi. Cuma orang bongak (bodoh) yang ingin belajar musik tapi dak mau belajar matematika. Kalau kamu ingin tau banyak soal musik, belajar lah matematika. Komposisi musik itu cuma permainan akal, permainan matematika bunyi namanya.
Terlalu sederhana. Aku berhadapan dengan tumpukan buku-buku itu berjam-jam, berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Tapi dengan sederhananya beliau mendeskripsikan itu semua dalam satu kalimat. Begitulah cara ia hidup.
Ku pikir mengenang mu itu tidak harus dengan membicarakan perihal bagaimana kematian mu. Ya! Ku pikir aku punya cara tersendiri mengenang mu, ku pikr aku tidak ingin sama seperti cara-cara orang lain mengenang mu. Karna dengan begitu, setidaknya aku akan selalu bisa bicara & membicarakan bagaimana kamu hidup, bukan sebaliknya.

No comments:

Post a Comment