Membaca Musik Romantik & Gesekannya - Widjaja-Library

"Make a Difference with education and be the best" -Antoni Widjaja

Breaking

Tuesday 1 January 2019

Membaca Musik Romantik & Gesekannya

Mengikuti ulasan bertajuk Musik Impresionis: Membaca Ulang Pergeseran Musik Romantik beberapa waktu lalu yang sempat terbit di Uc.News 2018/10/05, kata Romantik & Romantis sebenarnya berasal dari sastra abad 18. Namun dalam perkembangannya secara umum, istilah ini kemudian lazim digunakan sejak awal abad 19, namun tanpa definisi batasan jelas dari apa yang dimaksud pada kata Romantik itu sendiri: apakah itu sebuah gaya, teknik, maupun bentuk-bentuk tertentu, atau hanya suatu sikap saja ‘terutama dalam berkesenian’ khususnya musik. Karl Edmund Prier, (1993: 125) mengatakan;
“Awalnya istilah romantis, Weber (1821) menyebut operanya Der Freischutz, suatu opera romantis, karena terdapat tokoh & peristiwa yang luar biasa & menarik. Disamping itu unsur kuno, dunia dongeng & jauh, dunia hantu & malam yang menakutkan, dikaitkan dengan istilah romantis, meskipun tidak semua unsur ini harus hadir. Maka sulit didefenisikan. Jelas bahwa romantis berhubungan dengan perasaan…..dengan demikian memang makin kabur arti Romantik…..musik Romantik diharap dapat mengungkapkan sikap batin/perasaan/jiwa manusia. Bahkan mereka yakin bahwa ungkapan ini tidak dilaksanakan oleh seniman/komponis, tetapi oleh suatu dimensi transenden/lebih tinggi/kosmis (oleh novelis disebut jiwa dunia)”.
Dengan demikian bisa dipahami bahwa, era kejayaan romantik ini adalah sebagai penanda dari arus besar perkembangan musik dunia saja. Seperti yang sempat saya ulas di Uc.News 2018/10/05 bertajuk “Musik Impresionis: Membaca Ulang Pergeseran Musik Romantik” beberapa waktu lalu yaitu:
“Musik Romantik hanya menjadi penanda arus utama (mainstream). “Banyak aliran seperti ekspresionisme, impresionisme, neoklasisme, dodekaphoni, dsb”
Yang artinya adalah, dalam hal ini era perkembangan besar arus musik dunia ini, juga tidak terlepas dari kritik musik yang bermuatan membongkar-pasang nilai-nilai estetis musik Romantik itu sendiri. Sebab, berbeda dengan beraliran seperti pop, rock, dangdut, jazz & musik-musik sejenis, musik-musik serius—musik era romantik terkategori dalam ranah musik serius—tidak jarang dipandang sarat bermuatan filosofis, & penikmatnya cenderung terbatas. Musik Romantik & musik-musik serius sejenis “Barok & Klasik” tidak terlepas dari abad pencerahan (Renaissance) sebelumnya di Eropa.
Pada era ini (Romantik), kaum terpelajar di Eropa memiliki visi membebaskan diri dari kungkungan dogmatis Gereja & kekuatan absolut Negara. Maka dari sini lahir para-para pemikir (filsuf, seniman, & kaum borjuis) yang menganut paham kebebasan, kesamaan derajat, & demokrasi, dll. Lahirlah tokoh-tokoh besar musik seperti J.s Bach, Corelli, Paganini, Tartini, Vivaldi, Mozart, Hydn, Beethoven, Korsakov, Tchaikovsky, Verdi, Puccini, Dvorak, Chopin, Schumann, Schubert, Liszt dll—yang itu adalah hanya beberapa nama legenda musik serius di Eropa Barat maupun Timur saja—yang gaung buah karya nya sampai hari ini masih tetap dikagumi & dipentaskan diberbagai pentas musik serius yang kontribusinya amat besar untuk perkembangan & peradaban dunia.
Terkait persoalan kritik musik yang bermuatan membongkar-pasang nilai-nilai estetis pada musik Romantik, seakan tidak ada habisnya para ahli mempersoalkan persoalan ini. Dalam puncak kejayaannya saja terdapat banyak aliran musik di era ini (romantik) seperti, musik ekspresionis, impresionis, neoklasisme, dodekaphoni, dsb, & Musik Romantik hanya menjadi penanda arus utama (mainstream) nya saja. Hal ini lah yang menjadi salah satu pemicu yang memunculkan perdebatan-perdebatan diantara para pemikir seni musik yang sejatinya sudah berlangsung sangat lama itu. Dalam tulisannya Prof Suka Harjana (2018: 105) mengatakan bahwa Debussy mengkritik keras Richard Wagner dengan mengatakan bahwa Wagner hanya seorang pembual;
“Debussy secara tegas mementahkan pandangan Richard Wagner dengan mengatakan bahwa padangan Wagner adalah sebagai suatu kebohongan utopis yang mustahil terjadi. Menurut Debussy emosi-emosi dinamis yang ada pada musik romantik merupakan ekspresi diri yang melelahkan. Hidup baginya ibarat perjalanan jauh, dimana manusia toh tidak akan mampu menghayati seluruhnya. Orang cukup memetik kesan-kesannya saja. Musik baginya tidak lebih hanya merupakan kesan bukan pesan. Debussy juga tidak melihat perlunya mengikuti pandangan orang-orang klasik, dimana laut adalah keindahan-keindahan alam, dimana manusia bisa bercermin”
Artinya sejak pada masa Debussy pun sudah berlaku umum perdebatan cara pandang berbeda mengenai persoalan Musik Romantik ini, yang bisa dipahami bahwa pandangan Debussy ini malah berbanding terbalik dari dari teman sejamannya, bahkan padangan dari orang-orang sebelumnya mengenai musik di era Romantik itu sendiri yang digawangi komponis besar (Ludwig von Beethoven) sebagai empunya musik dunia. Dalam pengertian lain, karya seni menjadi subyektif sifatnya: disatu sisi berpandangan mengikuti tiap gerakan hati, sementara disisi lain memiliki pandangan kontra, dengan mengatakan hal-hal model itu adalah sesuatu yang dinilai lembek bahkan sentimen sifatnya, atau dengan kata yang sedikit ekstrim takut menjadi brutal bahkan sinting.
Dengan demikian, benang-merah yang dapat dijadikan pointnya adalah, sejauh mana kebijaksanaan memandang era ini pergeseran sudut pandang Musik Romantik itu sendiri. Sebab kedua pandangan ini sesungguhnya merupakan suatu kesatuan utuh yang jika merunut sejarahnya, sudah mulai pada tahun 1760 & baru berakhir pada awal abad 20. Namun dilain pihak sejarah musik juga tidak bisa dong begitu saja menghapus istilah Romantik. meskipun ada perbedaan dharuri (mendasar) dari pandangan yang beragam di era ini. Dalam arti yang lebih sempit, adalah bijaksana mengatakan bahwa Romantik adalah penanda arus utama dari puncak kejayaan musik serius itu sendiri.
Sumber:
  • Harjana, Suka—ESTETIKA MUSIK: Sebuah Pengantar.Art Music Today. Yogyakarta, 2018
  • Prier, Karl-Edmund—SEJARAH MUSIK JILID II. Pusat Musik Liturgi. Yogyakarta, 1993

No comments:

Post a Comment