Intip Three Partisi Simbol & Isyarat Pada Komposisi Musik - Widjaja-Library

"Make a Difference with education and be the best" -Antoni Widjaja

Breaking

Sunday, 21 October 2018

Intip Three Partisi Simbol & Isyarat Pada Komposisi Musik

Secara kontekstual, komposisi musik tertulis itu tidak lebih cuma sebatas dokumen tertulis karya musik dari seorang komponis, yang disetiap lembaran-lembarannya berisi catatan-catatan musik dalam bentuk simbol-simbol, tanda, maupun isyarat-isyarat musik yang lazim disebut partituratau score. Nah, jadi dalam hal ini partitur sebagai dokumen tertulis musik itu tentunya harus bisa dibaca oleh siapa saja yang mengerti musik & bisa membaca notasi layaknya seperti tulisan-tulisan pada huruf abjad.

Tapi yang perlu digarisbawahi adalah, partitur tidak lain cuma sebatas dokumen musik tertulis yang menggambarkan konsep gagasan, ide, & angan-angan tentang apa yang diinginkan oleh penciptanya, yang orientasinya itu tidak lebih sebagaimana dokumen-dokumen tertulis lain, yang dapat bisa terus lestari & dimainkan sampai generasi setelahnya. Seperti contoh yang baru-baru ini dilansir oleh laman Tribunjogja.com Sabtu, 15 September 2018 dengan tajuk berita Perkuat Kerjasama, Pemda DIY & Victoria Gelar Konser Kolaborasi;
Kegiatan MSO-Youth Music Camp 2018 ini, diperuntukkan bagi generasi muda yang menekuni musik gesek & tiup serta komposisi pada jenjang usia antara 15-25 tahun & berdomisili di Yogyakarta, untuk berpartisipasi aktif mengembangkan talenta bermusiknya dengan instruktur langsung dari Melbourne Symphony Orchestra”. Tribunjogja.com Sabtu, 15 September 2018
Artinya, yang perlu dipahami bahwa, player usia antara 15-25 tahun ini tentu tidak bisa serta-merta tau “kenal” repertoar yang dimainkan, kalau mereka tidak memiliki scrore/pertitur “diberikan dokumen/catatan tertulis” musik sebagai panduan memainkan karya itu. Sebab boleh jadi mereka saja belum lahir saat karya komposisi yang dimainkan itu digubah (dibuat). Kan begitu!
Jadi, dalam persoalan ini abstraksi gagasan karya seni dalam bentuk komposisi itu sendiri bersifat netral, tidak tertutup bagi siapa saja yang memiliki kemampuan membaca & memainkan simbol-simbol notasi yang terdapat pada repertoar itu. Sebab musik itu sendiri hadir saat simbol-simbol & isyarat-isyarat pada partitur itu dimainkan. Prof Suka Harjana, (2003) mengatakan;
“Misteri musik terjadi bukan ketika simbol-simbol, tanda-tanda, & isyarat-isyarat musik ditorehkan diatas papan partitur. Partitur hanyalah abstraksi gagasan karya seni dalam bentuk komposisi, bukan musik itu sendiri. Oleh karena itu, partitur bersifat netral. Ia baru menjadi musik ketika dimainkan oleh seorang pemain – vokal – instrumental atau dirigen – yang bertindak interpreter komposisi seorang komponis”. Suka Harjana, (2003: 83-84)
Nah, dengan demikian, peran player (pemain) ini sangat penting sebagai jembatan antara komposisi musik, komponis & audiens nya. Jadi sederhananya itu, terbentuklah suatu jalinan hubungan yang saling berkaitan antara Komponis, Komposisi, Pemain, & Penonton (adiens).
Dalam hal ini, hubungan itu sendiri bersifat mandiri, masing-masing berdiri sendiri secara otonom yaitu, sebagai musik, sebagai komposisi yang memiliki hak hidup atas eksistensinya sendiri sebagai suatu karya seni. Atau sebagai player, sebagai pendengar (audiens) yang memiliki hak preogatifnya sendiri menginterpretasikan repertoar-repertoar yang dimainkan maupun di dengar itu.
Sumber:
  • Harjana, Suka—CORAT-CORET MUSIK KONTEMPORER DULU & KINI. Diterbitkan atas kerjasama Ford Fondation & Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Jakarta, 2003
 Baca:

No comments:

Post a Comment