Konklusi Kesenian Musik Tradisional Melayu Jambi - Widjaja-Library

"Make a Difference with education and be the best" -Antoni Widjaja

Breaking

Monday 12 November 2018

Konklusi Kesenian Musik Tradisional Melayu Jambi

Tidak ada yang salah dengan pandangan para analis musik tradisional (etnomusikolog) dalam memandang kesenian tradisi itu dari perspektif keilmuannya, sebab hal itu boleh jadi malah sebagai suatu konklusi lain yang pada titik kulmunasinya (puncaknya) merupakan suatu pengayaan kesenian tradisional itu sendiri.
Namun, yang jadi persoalan adalah, menjadikan hipotesa itu adalah sesuatu yang sahih (benar mutlak/absolut). Wah itu jelas kekeliruan model apa pula namanya itu! Jelas aneh sekali itu. Seperti yang dikabarkan oleh salah satu media berita berbasis online, bertajuk “Musik Kromong Sebuah Musik Tradisional Dari Desa Mandiangin Tuo”, dikatakan bahwa;
"Melalui Bengkel Musik Taman Budaya Jambi, kesenian Kromong dijadikan bahan olahan & eksperimen untuk di garap kembali menjadi bentuk “baru” dengan usaha menggabungkannya dengan beberapa alat musik lainnya, seperti: Akordion, Biola, Beduk, Gendang Redab dan Rebana. Penggarapan yang dilakukan tidak menghilangkan unsur khas dari kesenian tersebut, seperti; Melodi Kromong dan Pukulan Gendang Panjang"
Persoalan ini bukan cuma buruk & tidak elok, tapi malah akan mengaburan kesenian tradisional itu dalam perspektif sejarahnya. Bukan tanpa alasan saya mengatakan demikian, sebab tidak ada pendalaman serius mengenai persoalan ini. Juga alangkah mustahil jika para-para pakar itu tidak mengeti & memahami persoalan ini bahkan secara dharuri. Sebab kesenian tradisisional yang terang tidak diketahui secara asbabun nuzul tentu akan menjadi bertambah kabur toh!
Dalam perspektif keilmuan seni, Sebagaimana telah mahfum & diketahui, tidak ada kebenaran absolut dalam kesenian apapun. Terlebih kesenian tadisi. Kalaupun ada, ia tidak lebih cuma berupa fakta empiris yang disandingkan pada literatur sejarah yang juga hanya berupa fakta empiris. Dalam arti kata, cuma hipotesa dari para analis yang menggeluti persoalan ini. Lah nyatanya, memang tidak ada catatan tertulis toh tentang kesenian tradisional itu! Khususnya Melayu Jambi itu sendiri toh! Baik dalam wujudnya sebagai Musik Rakyat, Sastra Lisan, Teater Tutur, maupun Musik Pengiring Tari. Catatan-catatan yang berkembang tidak lain berupa intuisi dari paradigma berpikir yang dibangun berdasar disiplin ilmu sosiologi, antropologi, maupun sejarah, yang malah melahirkan tafsir tunggal yang harus dianggap sahih! Ini jelas menyesatkan. Sebab faktanya, kesenian tradisional itu—apapun namanya—diturunkan “diajarkan” turun-temurun secara lisan (oral) toh? & itu mutlak. Lah wong masyarakat pemiliknya saja tidak tau & mengatakan bahwa kesenian itu memang sudah ada (eksis) seperti itu sejak mereka lahir! Memang seperti itulah yang dilihat & diajarkan pada mereka, seperti yang dilansir oleh berita berbasis online, dalam tajuk yang sama;
"...sebelum menggunakan alat musik kromong yang sekarang, nenek moyang mereka menggunakan kelintang kayu. Pada akhirnya sekitar tahun 1825, dipesanlah ke Siam (sekarang Thailand) alat musik kromong tersebut dengan mencontoh nada dari kelintang kayu yang selama ini mereka mainkan".
Loh artinya ini kan udah jelas, tapi kok malah terkesan memaksa gitu loh! Ini kekonyolan model apa pula in?! Sekarang oke lah kalau memang hal demikian itu adalah sebuah cita-cita mulianya itu,—saya yakin kita semua pasti sepakat & sependapat untuk mendoakan semoga Tuhan memberkati & merahmati—tapi tentunya ini juga memunculkan pertanyaan yang sangat, & pertanyaannya adalah;
Apa alasan para analis ‘ahlul kitab-kitab ilmu sekolahan’ ini seakan-akan memaksakan analisa-analisa dari pemikirannya yang briliant & mumpuni itu! Konon dengan segudang ilmu pengetahuannya yang sangat mapan itu harus pas, cocok & wajib mesti "harus" sama antara fakta dengan apa yang ia hipotesakan?
Dengan jalan yang terkesan memaksakan begitu?! Wah, jelas keliru ituuu...!!!
Terkait persoalan konklusi kesenian tradisional itu sendiri, dia dapat dibagi itu ke dalam 3 konklusi yang sama benar, yaitu:
  1. Sebagai Musik Tarian
  2. Sebagai Musik Pengiring Tari
  3. Sebagai Sastra Lisan/Teater Tutur atau Sebagai Luapan Isi Hati
Nah, jenis kesenian seperti ini sangat lazim dimasyarakat terdahulu, tidak cuma dimasyarakat Melayu Jambi saja. Dalam sejarah musik Barat, Musik Tari yang dalam pengertian "musik tarian yang bukan musik pengiring tari" ini dikenal dengan Suite, Suita & Partita. Atau seperti contoh lain yaitu, lagu tarian rakyat Portugis "Camelias", ini merupakan lagu tarian rakyat Portugis yang lazimnya kesenian itu dipertunjukan oleh penarinya dengan pola lantai membentuk sebuah lingkaran. Menurut Prof Victor Ganap dalam bukunya berjudul Keronjtong Toegoe;
"Musik Camelias merupakan tarian khas Coimbra yang diiringi Guitarra Portuguessa (Gitar Portugis) yang diadaptasi dari gitar Inggris abad ke 18"
Lantas apa bedanya dengan kesenian Musik Tradisional Melayu Jambi itu? Kan begitu!
Konklusi berikut, Musik sebagai luapan isi hati juga banyak ditemui pada masyarakat dibelahan dunia ini. Dalam terminologi Musik Barat, musik seperti ini lazim dikenal dengan Lamen atau Serenade. William P Malm dalam bukunya mengatakan;
“...bagi rakyat Portugis, ada banyak jenis-jenis musik seperti ini, tidak hanya dalam bentuk Lamen maupun Serenade, salah satunya Despedida (lagu perpisahan) dan Saudade (lagu senandung rindu)”.
William P Malm juga menambahkan bahwa;
“...sama hal nya dengan Folgadinho, lagu tradisional orang-orang Moor yang berasal dari Afika Utara, yang di Portugis dikenal dengan Moresco. Melodi lagu Folgadinho ini merupakan merupakan representasi dari sebuah ratapan yang sangat lazim dibawakan oleh orang-orang Moor”.
Artinya ini sudah sangat terang toh! Jadi, biarlah dia "kesenian tradisi itu" seperti sebagaimana apa adanya dengan eksistensinya sendiri. Janganlah dikacau-kacaukan lagi oleh analisa-analisa dari pemikiran yang belum tentu sesuai dengan budaya masyarakat pendukungnya itu. Dengan demikian,  hemat saya, tugas kita sebagai generasi penerus itu cuma menyampaikan faktanya secara jujur, tanpa menambah atau mencocok-cocokan pemikiran-pemikiran jenius para analis kesenian tradisonal itu agar sesuai dengan fakta yang ada. Tugas kita hari ini tidak lain adalah, cuma mendokumentasikan kesenian tradisional itu baik dalam bentuk audio visual maupun dalam bentuk dokumen tertulis, agar kiranya dapat diwariskan & tetap terus lestari dari generasi ke generasi. Itu saja, & saya pikir begitu.
Sumber:
  • Ganap, Victor—KEROTJONG TOEGOE. BP. ISI Yogyakarta. Yogyakarta, 2011
  • Malm, William P—KEBUDAYAAN MUSIK PASIFIK, TIMUR TENGAH & ASIA. Universitas Sumatera Utara (USU) Press. Medan 1993

No comments:

Post a Comment