SCALE ADZAN DALAM KEBUDAYAAN - Widjaja-Library

"Make a Difference with education and be the best" -Antoni Widjaja

Breaking

Saturday, 10 November 2018

SCALE ADZAN DALAM KEBUDAYAAN

Dalam setiap kebudayaan apapun & dimanapun, Adzan memang memiliki modus "scale" atau dengan kata lain, titian nada nya sendiri & itu merupakan keunikan dari kumandang Adzan. Salah satunya seperti video yang di unggah di account  Youtube.com berjudul "Adzan Cengkok Jawa Menentramkan Hati" ini, begitu sangat menyentuh hati. tidak tertutup untuk para perantau yang jauh dari negeri nya (Indonesia) khususnya pemilik kebudayaan Jawa. Dengan demikian, Adzan seperti ini tidak hanya mengingatkan "isyarat" bahwa diri ini hanya sebagai makhluk Tuhan yang wajib menghambakan dirinya kepada Sang Khaliq namun juga sekaligus mengingatkan para perantau yang jauh untuk bernostalgia mengenang negeri nya tercinta (Indonesia). Subhanallaaah...!!!
Secara dharuri (mendasar), pada kumandang Adzan terkandung pesan moral yang sarat philosophy yang maha dahsyat. Pada praktiknya, hanya cuma Adzan yang mampu mengumpulkan orang-orang banyak "menghentikan seluruh aktifitas" meninggalkan semua jenis kegiatannya untuk berkumpul dalam suatu ruangan yang lazim disebut mosque (masjid). Tentu Hal ini adalah dalam konteks “bersifat” ibadah. Bukan konser pertunjukan musik! Kumandang Adzan juga sarat dengan muatan doa, harapan, janji & pengagungan kepada Tuhan Sang Maha Agung, seperti salah satu seruannya yaitu; 
"Mari Menuju Kemenangan".
Dalam perspektif teologi (Islam), kata "kemenangan" yang dimaksud tidak hanya bersifat duniawi melainkan akhirat, atau dengan kata lain, tidak hanya bersifat ragawi/jasmani tetapi juga rohani. Adzan merupakan refleksi "pengakuan” diri secara resmi bahwa manusia itu mengakui ketundukannya & sekaligus sadar bahwa ia hanya sebagai makhluk, yang wajib meng-hambakan diri kepada Tuhan Sang Maha Pancipta.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa, Adzan itu sendiri merupakan suatu bentuk seruan (memanggil), yang di dalamnya juga merupakan suatu bentuk "wujud" penghambaan diri "manusia" kepada Sang Maha Pencipta.
Dalam perspektif keilmuan, Adzan memiliki kemiripan pada kelompok musik Chant yang bergaya Litany. Tapi yang perlu dipahami bahwa, Adzan sama sekali bukan fenomena musik, yang dalam konteks musik sendiri Adzan tidak boleh diklasifikasi sebagai musik, karna Adzan sama sekali memang bukan musik. Seperti yang ditegaskan oleh William P Malm dalam bukunya;
“Membaca Al-Quran & Adzan bukanlah musik, meskipun menyanyi Hadrah atau Radat dalam bentuk puisi untuk memuji Nabi Suci (Muhammad) yang diiringi alat musik Tembourine (Rebana), merupakan aktifitas umat Islam yang absah”
Artinya bisa dipahami bahwa, meskipun di dalam Adzan itu juga ada modus (titian nada) & key signature nya yang bersifat free meter "non-sukat", seperti video yang diunggah di Youtube.com, dengan modus (titian nada) nya yang kental bernuansa Jawa. Tapi tetap Adzan itu sama sekali bukan musik & tidak boleh dikatakan musik. Meskipun dalam perspektif keilmuan musik, adzan memiliki kemiripan dengan musik-musik Chant. Namun rasanya juga tidak adil jika memandang Adzan itu cuma dari perspektif musik Chant. Jelas hal itu tidak dapat diterima secara (mutlak) absolut. William P Malm juga mengatakan dengan tegas bahwa:
“Seorang Musikolog maupun Etnomusikolog harus mempunyai sudut pandang yang banyak & lurus dalam usaha untuk dapat menghargai & memahami arti musik dari sebuah kebudayaan”
Maka, sangat jelas sudah dari apa yang disampaikan William P Malm ini adalah tidak lain & tidak bukan, merupakan sikap bertoleransi kerukunan antar umat beragama, saling menghargai satu sama lain agar tercipta hidup damai & harmonis.

Sumber:
  • Malm, William P—KEBUDAYAAN MUSIK PASIFIK, TIMUR TENGAH & ASIA. Universitas Sumatera Utara (USU) Press. Medan 1993

No comments:

Post a Comment