Dalam setiap kebudayaan apapun & dimanapun, Adzan memang memiliki
modus "scale" atau dengan kata lain, titian nada nya sendiri &
itu merupakan keunikan dari kumandang Adzan. Salah satunya seperti video yang
di unggah di account Youtube.com berjudul
"Adzan Cengkok Jawa Menentramkan Hati" ini, begitu sangat menyentuh hati. tidak tertutup untuk para perantau yang jauh dari
negeri nya (Indonesia) khususnya pemilik kebudayaan Jawa. Dengan demikian,
Adzan seperti ini tidak hanya mengingatkan "isyarat" bahwa diri ini hanya sebagai makhluk
Tuhan yang wajib menghambakan dirinya kepada Sang Khaliq namun juga sekaligus
mengingatkan para perantau yang jauh untuk bernostalgia mengenang negeri nya
tercinta (Indonesia). Subhanallaaah...!!!
Secara dharuri (mendasar), pada kumandang Adzan terkandung pesan moral yang sarat philosophy yang maha dahsyat. Pada praktiknya, hanya cuma Adzan yang mampu mengumpulkan
orang-orang banyak "menghentikan seluruh aktifitas" meninggalkan semua jenis
kegiatannya untuk berkumpul dalam suatu ruangan yang lazim disebut mosque (masjid).
Tentu Hal ini adalah dalam konteks “bersifat” ibadah. Bukan konser pertunjukan
musik! Kumandang Adzan juga sarat dengan muatan doa, harapan, janji &
pengagungan kepada Tuhan Sang Maha Agung, seperti salah satu seruannya yaitu;
"Mari Menuju Kemenangan".
Dalam perspektif teologi (Islam), kata "kemenangan" yang
dimaksud tidak hanya bersifat duniawi melainkan akhirat, atau dengan kata lain,
tidak hanya bersifat ragawi/jasmani tetapi juga rohani. Adzan merupakan
refleksi "pengakuan” diri secara resmi bahwa manusia itu mengakui ketundukannya
& sekaligus sadar bahwa ia hanya sebagai makhluk, yang wajib meng-hambakan diri kepada
Tuhan Sang Maha Pancipta.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa, Adzan itu sendiri merupakan suatu bentuk seruan (memanggil), yang di dalamnya juga merupakan suatu bentuk "wujud" penghambaan diri "manusia" kepada Sang Maha Pencipta.
Dalam
perspektif keilmuan, Adzan memiliki kemiripan pada kelompok musik Chant yang
bergaya Litany. Tapi yang perlu dipahami bahwa, Adzan sama
sekali bukan fenomena musik, yang dalam konteks musik sendiri Adzan tidak boleh
diklasifikasi sebagai musik, karna Adzan sama sekali memang bukan musik. Seperti
yang ditegaskan oleh William P Malm dalam bukunya;
“Membaca Al-Quran & Adzan bukanlah musik, meskipun menyanyi Hadrah atau Radat dalam bentuk puisi untuk memuji Nabi Suci (Muhammad) yang diiringi alat musik Tembourine (Rebana), merupakan aktifitas umat Islam yang absah”
Artinya bisa dipahami bahwa, meskipun di dalam Adzan itu juga
ada modus (titian nada) & key signature nya
yang bersifat free meter "non-sukat",
seperti video yang diunggah di Youtube.com, dengan modus (titian nada) nya yang kental bernuansa Jawa. Tapi
tetap Adzan itu sama sekali bukan musik & tidak boleh dikatakan musik. Meskipun dalam perspektif keilmuan musik, adzan memiliki kemiripan dengan musik-musik Chant. Namun rasanya juga tidak adil jika
memandang Adzan itu cuma dari perspektif musik Chant. Jelas hal itu
tidak dapat diterima secara (mutlak) absolut. William P Malm juga
mengatakan dengan tegas bahwa:
“Seorang Musikolog maupun Etnomusikolog harus mempunyai sudut pandang yang banyak & lurus dalam usaha untuk dapat menghargai & memahami arti musik dari sebuah kebudayaan”
Maka,
sangat jelas sudah dari apa yang disampaikan William P Malm ini
adalah tidak lain & tidak bukan, merupakan sikap bertoleransi kerukunan antar umat beragama, saling menghargai
satu sama lain agar tercipta hidup damai & harmonis.
Sumber:
- Malm, William P—KEBUDAYAAN MUSIK PASIFIK, TIMUR TENGAH & ASIA. Universitas Sumatera Utara (USU) Press. Medan 1993
No comments: