MUSIK IMPRESIONIS: Membaca Ulang Pergeseran Musik Romantik - Widjaja-Library

"Make a Difference with education and be the best" -Antoni Widjaja

Breaking

Monday 8 October 2018

MUSIK IMPRESIONIS: Membaca Ulang Pergeseran Musik Romantik

Sebenarnya musik impresionisme adalah musik yang termasuk ke dalam rumpun musik era Romantik "musik yang eksis zaman 1900-an". Musik impresionis ini merupakan salah satu dari beberapa jenis gendre musik pada masa kejayaan musik Romantik. Dilansir oleh Tempo.co Senin, 15 Maret 2010 19:23 WIB
Banyak aliran seperti ekspresionisme, impresionisme, neoklasisme, dodekaphoni, dan sebagainya. Musik Romantik hanya menjadi penanda arus utama (mainstream). Tak lain karena pendekatan gaya dan ciri karakteristiknya yang menonjol. Tempo.co Senin, 15 Maret 2010 19:23 WIB
Impresionis itu sendiri dalam perspektif musik merupakan suatu aliran yang sempat memunculkan reaksi keras bagi mereka yang masih percaya bahwa musik adalah media ekspresi diri bagi manusia. Prof Suka Harjana dalam buku nya mengatakan bahwa;
Untuk pertama kalinya hubungan antara manusia & musik dibalik arahnya--bukan musik yang datang kepada indera keindahan (audio/pendengaran) manusia, melainkan manusia lah yang mencari keindahannya. Secara tegas Debussy--penganut paham impresionism--menolak pandangan-pandangan romantik. Menurut Debussy, hidup tidak perlu sedramatis itu, manusia tidak akan pernah mampu mengungkap rahasia hidup. Suka Harjana, (2018: 104-105)
Dengan kata lain, manusia itu yang mesti harus lebih sensitif terhadap bunyi-bunyian, Sebab manusia lah yang membutuhkan musik & mencari musik itu sendiri. Prof Suka Harjana menambahkan;
Debussy secara tegas mementahkan pandangan Richard Wagner dengan mengatakan bahwa padangan Wagner adalah sebagai suatu kebohongan utopis yang mustahil terjadi. Menurut Debussy emosi-emosi dinamis yang ada pada musik romantik merupakan ekspresi diri yang melelahkan. Hidup baginya ibarat perjalanan jauh, dimana manusia toh tidak akan mampu menghayati seluruhnya. Orang cukup memetik kesan-kesannya saja. Musik baginya tidak lebih hanya merupakan kesan bukan pesan. Debussy juga tidak melihat perlunya mengikuti pandangan orang-orang klasik, dimana laut adalah keindahan-keindahan alam, dimana manusia bisa bercermin. Suka Harjana, (2018: 105)
Dengan demikian dapat dipahami, musik impresionis coba mengarahkan cara pandang manusia untuk jadi lebih fleksible dalam memaknai musik. Dalam arti kata, musik impresionism ini lebih menekankan pada pentingnya sebuah kesan-kesan musikal yang di dengar oleh manusia daripada pesan-pesan apa yang ingin disampaikan oleh bunyi "musik" itu sendiri. Seperti salah satu karya Debussy yang sangat termahsyur "La Meer (Laut)", merupakan repertoar musik yang sampai detik ini masih cukup sering di perdengarkan baik dalam gedung-gedung konser maupun di dengar melalui rekaman-rekaman audio. La Meer menjadi referensi, bahkan menjadi bahan renungan para analis musik (khususnya para analis Seni Musik Barat). Prof Suka Harjana dalam renungannya secara tidak langsung mengatakan bahwa, La Meer merupakan salah satu kejeniusan seorang komposer "Debussy" dalam menggarap sebuah karya, seperti yang terungkap dalam tulisannya;
...ia (Debussy) ingin menangkap kesan-kesan yang masuk ke dalam kesadarannya. Kesan-kesan itu ia ungkapkan kembali secara menakjubkan penuh warna-warni gelombang bunyi. Ia berkata, bahwa apabila kita melihat laut maka biarkan kita yang berbicara padanya, bukan sebaliknya. Baginya yang terpenting bukanlah peristiwa hujan, tetapi kesan apa yang ia tangkap dari hujan. Begitu pula angin. Bukan angin atau deru anginnya yang penting, melainkan kesannya. Suka Harjana, (2018: 105)
Dalam arti yang lebih sempit, kesan yang dimaksud "yang ingin disampaikan oleh komponis" merupakan sebuah filosofi bunyi "musik" dalam memandang hidup; "Hidup merupakan suatu perjalanan yang tidak lain seperti sebuah tamasya atau berubah-ubahnya cahaya dari pagi, siang, sore hingga malam". Karna bagi Debussy;
Yang penting bukanlah apa yang berubah & bukan juga perubahan itu sendiri. Bagi Debussy moment perubahanlah yang menarik. (S. Harjana 2018: 105-106)
Dengan kata lain, bukan musik yang harus meyakinkan perasaan manusia, tapi manusia lah, hati manusia lah yang menyentuh keindahannya (bunyi/ musik)
Sumber:
  • Harjana, Suka—ESTETIKA MUSIK: Sebuah Pengantar. Art Music Today. Yogyakarta, 2018
  • Widjaja, Antoni—MUSIK IMPRESIONIS: Membaca Ulang Pergeseran Musik Romantik. Artikel UcNews, 5 Oktober  2018

No comments:

Post a Comment